// Posted by :darakyu706 // On :Friday, September 24, 2010

Chapter six: Another Foe’s Approaching!







Matahari terlihat malas untuk mengeluarkan sinarnya hari ini. Langit yang tertutup awan mendung seolah mensugesti para murid-murid Raigaku untuk kembali ke tempat tidur mereka. Para staff sekolah tampak masih menyapu lapangan sekolah dan beberapa diantara mereka bermain basket di lapangan sebelahnya. Seorang lelaki blondie berjalan di koridor kelas menuju ke gedung sekolah lama. Beberapa gadis anak kelas 1 yang melihatnya langsung melotot dan mengikutinya. Rokku makin mempercepat langkahnya kemudian menghilang di tikungan. Para gadis yang sepertinya merupakan kumpulan anak-anak yang gemar berdandan itu tampak kecewa dan berteriakan memanggil-manggil namanya.



Rokku menginjakan kakinya di depan ruang klub Magic, mengerutkan alisnya pada poster di pintu berbunyi “KLUB MAGIC. DILARANG MASUK BAGI NON ANGGOTA.” Dia meraih gagang pintu tetapi seseorang yang lain menghentikan gerakannya.



“Siapa kau?” Kaito menahan Rokku.

Rokku memperhatikan Kaito untuk beberapa saat. “Aku akan membersihkan tempat ini dari kegelapan seperti kalian.”







Aku berdiri di balkon kelas. Aku memikirkan banyak hal yang terjadi setelah aku pindah ke Raigaku. Sepertinya baru kemarin aku pindah ke sekolah ini tapi rasanya sudah seperti bertahun-tahun, banyak kejadian yang terus menimpaku. Aku butuh udara segar.

Kaze berjalan mendekatiku. Dia tampak kelihatan sedikit cemas.

“Miyu-chan.” Dia berdiri di sampingku. “Kau melihat Kaito?”

“Eh? Aku tidak melihatnya semenjak aku berdiri disini, entah lah mungkin dia ada di dalam kelas?”

“Aku sudah mencarinya tapi dia tidak ada”.

“Memangnya ada apa sih?” aku keheranan melihat Kaze yang tampak cemas akan Kaito. Dia kan cowok.

“Sesuatu terjadi, aku yakin itu”, Kaze sekarang melihatku tajam, menyesal aku sudah berpikiran yang tidak-tidak karna sepertinya Kaze bisa membaca pikiranku. “Aku merasakan apinya menguat”.

Aku merasakan firasat yang tidak enak. “Kaze, ayo kita cari dia!”







“Apa maksudmu?”, Kaito menatap tajam Rokku.

“Jangan bercanda.” Katanya tertawa meledek, “Kau tidak tahu siapa aku?”

“Aku tidak pernah mengganggumu dan aku tidak mengenalmu”, Aura merah mulai keluar dan mengelilingi tubuh Kaito.

“Tapi kegelapan yang diciptakan oleh kalian bisa merusak umat manusia. Aku adalah cahaya. Tugaskulah membuat manusia terhindar dari iblis seperti kalian!”, Rokku menggumamkan sesuatu seperti mantra dan seketika itu cahaya mengelilinginya dan dia bertranformasi. “Darkness should be vanished! I will purify you by the justice of God!”

“Kau yang memulai”, Kaito menyentuh earringnya dan dia mengucapkan mantra. Aura merah menelannya. Gedung sekolah lama seperti terangkat ke angkasa dan berubah menjadi galaksi yang hitam pekat.

“All Darkness is just a sins!”, Rokku mengepakkan ke empat sayap sucinya. Sayapnya yang putih menyinari galaksi yang pekat. Dia mengeluarkan Rapiernya. “Sword of light”, Menggoyangkannya kebawah dan sekarang pedang itu mengeluarkan cahaya yang sangat terang.

“Will you just shut up?”, Kaito pun mengeluarkan Double Daggernya.

Rokku melesat menuju Kaito dan terjadi adu pedang. Terjadi pertarungan sengit antara mereka dan kilatan-kilatan cahaya keluar dari masing-masing senjata. Rokku mencoba menebas Kaito dengan Sword of Lightnya tapi Kaito menahan dengan Daggernya. Terdengar bunyi pedang yang bercatrukan, Dagger Kaito menebas Rapier Rokku dan dia pun terjerembab.



“Oho”, Rokku tertawa, terlihat senang karna dia menemukan lawan yang kuat. Berdiri bangun, dia mulai menguatkan cahaya di Rapiernya.



“Taste this!”, Kaito terkunci. Pedang Rokku terbagi tujuh di angkasa mengelilingi Kaito. 1..2..3..4 tebasan secepat kilat menebas Kaito dan mengenai telak di tubuhnya. Sekarang Rokku menghilang, Menahan sakit, Kaito menyapu pandangannya berkeliling, tiba-tiba Rokku muncul di belakangnya dan menebasnya. Kaito tempak kesakitan. “Did my light purify you?” melesat dengan cepat Rokku menebas Kaito untuk yang terakhir kalinya dan salib putih pun terlihat menempel pada Kaito. “Taste my Dancing of Seven Light!”. Salib yang menempel pada Kaito menebas tubuh Kaito dari berbagai sisi.



“Arrhhh!!!” serangan Rokku melukai Kaito, dia terjatuh dan batuk darah.

Rokku berdiri di depan Kaito sambil mengacungkan pedangnya di depan muka Kaito. “Give up?”



Kaito tampak terengah-engah. Dia menyapu darah dari bibirnya. Kaito mengucapkan mantra. Energi dari galaksi yang pekat tampak tersedot masuk ke dalam tubuh Kaito. Tiba-tiba tubuh Kaito mengeluarkan ledakan yang membuat Rokku jatuh terjungkal. Ada sedikit api yang membakar sayap kirinya. Kaito menghilang.

Rokku tampak kebingungan mencari di mana Kaito sekarang, berusaha bediri dan dia berusaha menghilangkan api di sayapnya. Tanpa pernah terduga dan dia tidak memperhatikannya, Kaito ada di sana, di atasnya. Kaito muncul dengan badan yang di penuhi api dan di kedua tangannya tampak gelang api hitam berpijar..



“Now, me. Prepare your death.” Selagi Rokku sibuk memadamkan api di sayapnya Kaito melesat kebawah dengan cepat bagai meteor, dan menembus Rokku. Rokku yang masih sibuk dengan api di sayapnya, tidak sempat menangkis serangan Kaito.

“Revelation of Dark Fire”, Kaito berdiri di depan Rokku setelah menembus badannya yang sekarang terbakar seperti kertas.



“ARRRRGGGGGHHHHH!!!!!”. Rokku sepenuhnya terbakar oleh api Kaito. “You completely are sins!!!” api menyala besar di badan Rokku yang sekarang terlihat seperti api unggun. Api mulai membakar seluruh bagian tubuh Rokku, kepakan sayapnya tidak bisa menahan keganasan api Kaito, justru membuatnya semakin bertambah besar.

“I swear I’ll be back!!!!” api menelan habis Rokku. Dan Rokku pun menghilang menjadi abu.





Semua kembali seperti normal. Kaito kembali mengenakan Blazer sekolah tapi tampaknya badannya penuh goresan luka karna Dancing-Rokku. Dia berusaha berdiri, terbatuk-batuk lemas, dan dia jatuh terduduk. Kaito kehilangan kesadarannya dan dia akhirnya pingsan.



“Ruang klub! Miyu-chan ayo cepat!”

Aku berlarian dibelakang Kaze. Sumpah! Aku sangat membenci olahraga!

Bel tanda masuk sekolah sudah berbunyi. Tapi aku dan Kaze tidak mempedulikan hal itu, toh bolos 1 mata pelajaran saja kami tidak akan rugi. Sekarang yang penting adalah Kaito. Aku tertinggal jauh di belakang Kaze, paru-paruku sekarang rasanya sesak.

“Kaito!!”, pintu ruang klub terbuka dan terlihat disana Kaito yang pingsan. Aku baru sampai ketika Kaze sudah berusaha memapah Kaito, mengatur kembali nafasku, aku menyeruak masuk untuk membantu Kaze.

“Dia kenapa?” Aku memapah bahu kiri Kaito berusaha menjaga keseimbangan berat badannya.

“Aku merasakan adanya Angel. Aku mendengar dari temanku bahwa ada anak baru pindahan yang keturunan Kanada. Desas-desusnya wajahnya sangat tampan seperti malaikat”, aku membatin, Daichi punya saingan. ”Aku rasa Kaito baru saja bertarung dengannya”.



Kami berdua memapah Kaito ke ruang UKS, lagi. Menidurkannya di salah satu tempat tidur disitu dan Kaze memanggil guru kesehatan.

Aku berdiri di sebelah tempat tidurnya. Aku melihat ada bekas darah di bibirnya. Aku sedikit merasa pening. Aku phobia darah.

Kuberanikan diriku maju untuk mengelap darah di bibirnya menggunkan jempolku walau aku sendiri merasa pening dan tulangku ngilu. Aku melihat ke tangannya tampak sayatan-sayatan yang disebabkan oleh benda tajam. Pedang. Pikirku.

Guru kesehatan pun datang. Dia tampak menghela napas saat melihat Kaito.



“Dia berkelahi?”



Aku tidak tau harus menjawab apa, aku mengedikkan kepalaku kepada Kaze.



“Dia.. diserang”, Kaze menjelaskan dengan tenang. Pak guru itu pun hanya menghela nafas, kemudian dia membersihkan luka-luka Kaito dengan desinfektan.

“Masa muda”, Pak guru itu membalurkan perban di tangan Kaito, “Seharusnya kalian menikmati waktu kalian dengan membuat memori kebahagiaan, bukan dengan kekerasan”.

Aku menunduk mendengar pak guru itu berkhotbah. Tunggu. Kenapa jadi kami yang dimarahi?.



Pak guru itu selesai dengan semua pekerjaan membalur dan melingkarkan perbannya. Aku dan Kaze diminta olehnya untuk tetap menemani Kaito sampai dia tersadar.



“Nikmatilah masa mudamu selagi kau bisa. Buat banyak kenangan indah supaya ada hal yang bisa kau kenang di masa depan nanti. Karna masa depan tidak akan terjadi tanpa adanya masa lalu.” Pak guru yang tampak bersemangat itu pun melenggang keluar. Dia tampak menyeringai. Aku dan Kaze saling berpandangan, keheranan.









“Thou really are a fool, thou shall be punished..”

“I’m sorry.. my Lord”



Rokku menunduk kepada seseorang dengan cahaya yang pekat. Terlihat sangat besar.



“Those who lose to the sins will lost his keen..”



Suara yang menggelegar tampak menaungi Rokku. Rokku pasrah untuk diberikan hukuman. Dia pun berdiri dan hanya terdiam ketika 2 dari 4 sayapnya di musnahkan. Yang menandakan bahwa dia sekarang hanya Angel biasa.



“For Heaven’s sake”, air mata terlihat jatuh di pipi Rokku.