CHAPTER TEN : KAZE’S DEATH?
“Hana..”
Aku berusaha untuk menajamkan penglihatanku pada sebuah benda yang terlihat seperti sangkar di pojok kanan lantai terakhir Celestia. Pilar-pilar yang saling bersimetris satu sama lain ditambah dengan cahaya yang bersinar menaunginya, membuat penglihatanku menjadi silau. Sosok gadis berambut coklat yang terlihat di dalamnya bagaikan burung yang sedang menunggu sayapnya kembali.
“Kaze, bagaimana ini?”
“Miyu, jika aku bilang lari, berjanjilah kau akan berlari dan menyelamatkan dirimu.”
“Tapi..”
“Ikuti saja.”
Kaze menatap lurus Seraph. Aku tahu walau berdebat pun kecil kemungkinan tidak akan terjadi perkelahian dan jika terjadi perkelahian.. well, kita pikirkan itu nanti.
“Kenapa kalian ke tempat holy ini?”, suara Seraph bergetar di seluruh Celestia.
“Izinkan kami mengambil sahabat kami”
“Miyu..”
Aku menoleh ke arah sangkar besar Hana. Hana membuka matanya!
“Hana!”
Sangkar itu bergetar. Asap yang aku tidak tahu dari mana asalnya terlihat mengelilingi sangkar Hana. Pintunya bergetar. Terdengar bunyi bergemuruh dan pintunya bergeser.
“Miyu..”
Hana keluar dari sarangnya. Entah karna penglihatanku yang terganggu sedari tadi karna cahaya Celestia yang menyilaukan atau memang hanya perasaanku saja, tapi Hana terlihat berbeda. Wajahnya lebih pucat dari Hana yang selama ini kukenal. Raut wajahnya berbeda, Hana yang selalu terlihat kekanak-kanakan sekarang seperti.. orang yang putus asa.
Aku melangkahkan kakiku mendekati Hana, aku bergetar dan aku tidak tahu mengapa, perasaan cemas, gelisah, takut, senang, bersalah semuanya menghantui pikiranku. Aku takut kehilangan Hana, aku takut kehilangan teman lagi, aku takut sendiri lagi. Aku terus mendekatinya, rasa pusing menjalar di kepalaku, sampai aku tidak sadar…
Tiba-tiba saja aku ada di belakang Kaze. Aku bangun, kepalaku pusing. Apa yang terjadi denganku?
“Miyu, kau melihat Mirage”
Kaze terus berkonsentrasi pada sosok Seraph.
“Apa?”
Apa maksudnya?
“Dimana Hana?” Kaze setengah berteriak.
“Maaf, aku tidak bisa memberitahumu.”, kata Seraph datar.
“DIMANA HANA?!” Kaze berteriak sekarang.
Aku merasakan Celestia bergetar di kakiku. Aku melihat kearah pilar-pilar yang menaungi ruangan dimana kami berdiri sekarang. Semuanya bergerak.
“A-apa ini?” aku menjaga keseimbanganku.
“Baiklah, kau tidak bisa diajak berkompromi!”
Kaze mengeluarkan Death Sycthenya, berlari kearah Seraph dan mengayunkannya di depannya. Seraph berhasil mengelak mundur, dia mengepakkan sayap besarnya, aku dan Kaze terdorong oleh gelombang anginnya. Kami jatuh tersungkur.
“Khh..” aku menyapu mataku, “Kaze, apa yang harus kita lakukan?”
“Diam saja disitu”
Kaze menggumamkan mantra yang tidak bisa kutangkap, dia mengacungkan telapak tangannya kearahku.
“Fwahh!! Apa ini!”
Aku terperangkap di dalam kapsul barrier transparan yang sengaja dibuat oleh Kaze. Aku mencoba memukul-mukul dindingnya, tapi sepertinya terlalu elastis dan solid bahkan untuk dihancurkan dengan jarum sekalipun.
“Jangan lakukan apapun, Miyu.”
Kaze menatapku tajam. Matanya berkaca-kaca. Dia menangis?
Aku hanya bisa diam terpaku dan menyaksikan pertarungan Kaze dan Seraph. Kaze bodoh! Apa dia berniat untuk bunuh diri?
Aku berlutut lemas di dalam barrier Kaze. Aku sungguh tidak berguna. Air mataku mulai turun, semoga Kaze tidak mati.
“Aeroniel fru tier selein..”
Aura Angin berkumpul disekeliling Kaze. Death Sycthenya membesar. Jubah hitamnya menjuntai ke segala arah terkena gerakan angin searah jarum jam. Kaze mengencangkan pegangannya pada Death Scythenya. Dia bersiap melakukan serangan cepat.
“Aku tidak menyangka pada akhirnya kita akan bertemu kembali disini dan seperti ini.”
Kaze memandang lurus Seraph. Aku terpaku memandang mereka berdua dari dalam barrier. Mereka saling kenal?
“Takdir kita bertemu, eh? The Death Breeze?”, Seraph menantangnya.
“Katakan, dimana Hana?”
Kaze kembali bersikap tenang.
“Kau tidak akan bisa menemukannya kecuali jika jiwamu sudah bersih.”
Suara Seraph menggema.
Aku memukul-mukul barriernya sekali lagi. Kumohon, keluarkan aku! walau aku tidak berguna paling tidak aku tidak ingin hanya melihat temanku mati di depan mataku. aku ingin berguna! Keluarkan aku!
Kaze berdiri mantap. Angin berkumpul di tangannya. Kaze menarik napas dalam-dalam lalu dengan satu tangan mencuat kearah Seraph.
“Wind Canon!” . tembakan meriam tersentak dari telapak tangan Kaze. Angin yang bergemuruh tercipta seperti tornado yang sedang terbaring di tanah langsung menelan Seraph.
Aku tertegun. Hebat.
Pusaran angin itu membuat pandangan sekeliling jadi berkabut. Seraph seperti menghilang kedalam angin, dan tidak kelihatan. Bagus. Serangan Kaze telah menelannya.
Dan dia disana. Masih berdiri tegak tanpa luka yang berarti. Mustahil.
“Fool”, Seraph mengepakkan sayap besarnya lebih keras sehingga tercipta gelombang angin yang lebih dahsyat menyapu Kaze. Kaze terpental beberapa senti dari tempat awalnya berdiri.
“Menyerahlah, kau di area cahaya, tidak mungkin kau bisa mengalahkanku, lagipula tujuanmu kesini hanyalah tipu muslihat dari anak buahku untuk menghancurkan kalian para Demon”
Apa?!
“Apa kau bilang?”
Aku terkejut. Apa maksudnya dengan tipu muslihat? Aku tidak salah dengar, kan? Jadi Hana…
“Ya, semenjak awal dia memang tidak pernah disini.”, Seraph melayang-layang beraturan.
“Brengsek!” Kaze menggertakkan giginya. Dia mencengkram lebih erat Death Scythenya. Aku tau apa yang dia rasakan. Kami sama-sama terkejut.
Tapi bagaimana bisa.. aku berpikir. Kami semua melihat Frau membawa Hana ke angkasa. Satu-satunya tempat yang memungkinkan di angkasa bagi para Angel adalah Celestia. Dan Kaze menangkap sinyal bahwa Hana ada di sini. Kaze tidak mungkin salah. Tapi Seraph tidak mungkin berbohong. Bagaimana bisa? Kalau Hana tidak ada di Celestia, lalu dimana dia? Sinyal siapa yang Kaze tangkap?
“Jadi kau sudah merencanakan ini semua untuk menipu kami, hah?”
“Ya, dan kami sepertinya akan berhasil” Seraph terkikik. “Frau gadis yang tidak mudah untuk dikalahkan, temanmu sudah pasti akan dilumat olehnya”
“Sialan!” Kaze mengutuk dirinya. Dia telah membiarkan teman-temannya masuk ke dalam perangkap para Angel. Nyawa teman-temannya adalah tanggung jawabnya. Kalau salah satu dari mereka mati, well…
“Semua salahmu,” kata Seraph seakan membaca pikiran Kaze, “Kau bertanggung jawab atas nyawa teman-temanmu”
“Berisik!”
Kepungan angin berpesing di sekeliling Kaze. Celestia berubah seperti padang besar yang ditimpa angin ribut. Kaze mulai naik pitam. Tatapannya seperti orang yang haus darah.
Dendam yang sudah turun temurun diwarisi oleh para Angel dan Demon telah berkali-kali terjadi di Celestia. Ini bukan kali pertama Demon mencoba mengobrak-abrik tempat suci para Angel. Selalu ada saja Demon yang menyerang Celestia. Para Demon beranggapan bahwa tidak adil hanya para Angel yang diperbolehkan untuk tinggal di Celestia sedangkan diluar dari itu hidup di dalam kegelapan yang pekat. Demon selalu dihindari, dicaci maki oleh para Angel yang beranggapan bahwa mereka adalah makhluk kotor dan tidak pantas untuk bahkan hidup sekalipun. Padahal bagaimanapun semua makhluk itu sama saja. Anggapan-anggapan kuno yang menyudutkan para Demon yang membuat mereka diharuskan untuk bertarung supaya bisa bertahan hidup dari serangan Angel yang congkak. Para Angel selalu berkeinginan untuk menghapus para Demon walau mereka tidak melakukan apapun, dendam warisan nenek moyang mereka yang menjadikan mereka selalu terlibat pertarungan satu sama lain yang tidak ada habisnya bahkan sampai sekarang.
“Brengsek!” Kaze mengumpat sekali lagi. Dia meningkatkan intensitas kecepatan anginnya dan menyedotnya kedalam tubuhnya. Jubahnya terlihat menari-nari tajam, “Tidak akan kubiarkan kau hidup, Seraph!”
“Hurricane Slasher!”
Kaze mengayunkan Scythenya dengan keras di udara kosong. Putaran-putaran angin kecil keluar dari sabetan Scythenya dan meluncur dengan kilat. Kelopak-kelopak bunga di Celestia ikut berterbangan kearah Seraph. Angin-angin itu memotong dengan cepat apapun yang ada di depannya. Angin-angin itu mencabik-cabik Seraph.
Tapi Seraph tidak bergeming sedikitpun.
GAGAL.
“Keparat!”
Aku melirik cemas kearah Kaze. Serangannya tidak ada yang melukai Seraph sedikitpun. Keadaan ini, membuat kami terpojok. Apa yang harus kulakukan?
Kaze bermanuver menjauh. Dia menyiapkan serangan yang selanjutnya. Angin semakin banyak berkumpul pada dirinya.
Kenapa? Kenapa seranganku tidak ada yang mempan? Kaze berpikir. Keringatnya mulai berjatuhan dari pelipisnya.
Kaze menutup matanya dan menarik napas dalam-dalam. Scythenya berdiri tegak dan dia mencengkramnya dengan erat.
Kaze kumohon! Keluarkan aku! aku terus memukul-mukul dinding barrier ini. aku tidak tahan lagi. Aku juga ingin bertarung membantunya.
Kaze membuka matanya dengan tiba-tiba. Lurus mengarah tajam kearah Seraph. Angin yang tercipta dari udara kosong memberinya kekuatan. Dia mulai melayang terbang.
“Flying Dragon Strike!”
Kaze terbang dengan cepat sampai tidak tertangkap oleh mataku. dia menghilang diantara kepulan angin. Sampai beberapa jarak diantara Seraph dia bergerak seperti seekor naga. dan dia terbang menembus, memotong Seraph yang dilaluinya.
Kena! Aku mengepalkan kedua tanganku. Kali ini Seraph tidak bergeming dan Kaze memotongnya. Kaze berdiri beberapa meter di belakang Seraph setelah berhasil memotongnya. Angin-angin yang mengikuti gerakan naga Kaze tadi mulai menipis.
Lagi. Seraph masih bisa berdiri tegak.
“Sialan!” Kaze menggertakan giginya lagi. Dia mencengkram Scythenya lebih kuat.
“Hmph, jadi ingin bersin”
Seraph meletakkan kedua tangannya sebatas dada, cahaya-cahaya Celestia bergerak kearahnya, seakan dia mencharge cahaya di telapaknya. Cahaya itu berkumpul di tangannya.
Kaze tersentak.
“Light beam!”
Seraph memulai serangannya, tembakan cahaya yang keluar dari kedua tangannya menjuru kearah Kaze. Kaze mencoba untuk menghindari serangannya. Beamnya yang banyak dan tiba-tiba meluncur seperti Machine Gun membuat Kaze sulit bergerak. Dia terlambat dan serangan Seraph mengenainya.
Aku tercekat. Tidak! Kaze!
Kaze terlontar ke atas. Dan dia jatuh terjerembab ke lantai. Kaze semakin terpojok. Aku berpikir cepat. Bagaimana mematahkan barrier ini?!
Kaze bersusah payah untuk berdiri. Darah mulai membasahi tubuhnya. Dia menggunakan Scythenya sebagai penopang tubuhnya. Serangan Seraph yang barusan membuatnya melemah.
“Sial” , Kaze menghapus darah di bibirnya. Dia mengumpulkan energi yang lain dari udara di sekitarnya, “Aku tidak boleh kalah, tidak boleh..”
Kaze berdiri sekali lagi, menatap kearahku seakan berkata “tenang saja disitu”. Aku sungguh kesal pada diriku sendiri. Aku ingin berguna untuknya. Aku benci selalu dilindungi seperti ini. aku benci menjadi lemah.
“Kaze!”
Aku memohon untuk dikeluarkan. Ini sama saja dengan menyiksaku. Biarkan aku berbuat sesuatu. Kumohon!
Kaze memutar Death Scythenya. Dia menghirup napas yang lebih dalam. Membiarkan angin membelai tubuhnya. Dia mengumpulkan angin yang diciptakannya dari udara kosong ke Scythenya. Memadatkannya dan membuatnya menjadi panjang dan runcing.
“Mirage Lancer!”
Serangan angin yang dipadatkan dan menjadi lebih runcing datang bertubi-tubi menyerang Seraph. Tombak-tombak ini menghujani Celestia. Lagi dan lagi serangan ini menyebabkan kabut angin yang membuatku sulit melihat kalau-kalau serangan Kaze mengenainya. Semoga serangan kali ini tidak meleset. Aku menutup kedua mataku, berharap dalam cemas.
Kabut angin kembali menipis. Lagi-lagi Seraph masih berdiri. Dia bahkan mulai melayang-layang mengepakkan sayapnya. Argh! Aku jadi kesal hanya bisa menonton.
Kaze menengadah. Sial, pikirnya. Seranganku kenapa tidak ada yang kena? Kaze menatap kedua telapak tangannya. Apa yang salah?
“Well, well.. lagi-dan lagi sampai kau menyadari bahwa kita tidak seimbang.” Seraph melayang-layang teratur, “Sudahlah menyerah saja”
“Cih”, Kaze mengernyitkan dahinya marah.
Seraph berhovering di udara. Dia mengangkat sayap-sayap besarnya, menengadahkan tangan ke langit, dan dia berdoa. Seketika Celestia bagai diserbu kepulan cahaya yang menyilaukan.
“Divine Cross!”
Cahaya-cahaya berkumpul di atas Celestia, membentuk simbol seperti Holy Cross. Cahaya yang berkumpul semakin solid dan terang. Tanah pun mulai bergetar. Perasaanku tidak enak dan membuat dadaku sesak. Perasaan apa ini?
Kaze tidak bisa bergerak. Napasnya terengah-engah. Setelah melakukan tiga serangan tadi tenaganya jadi terkuras.
“Fuck!”, Kaze putus asa.
“Check Mate..”
Seraph meluncurkan Divine Crossnya dari langit dan melesatkannya kearah Kaze. Serangan ini sangat mendadak sampai tidak bisa terlihat oleh mata telanjang. Crossnya menikam perut Kaze. Kaze terpental dan terkapar di tanah.
”KAZEEEEEEEEE!!!!!!”
Aku terhuyung lemas. Tidak, ini pasti mimpi. Aku menepuk-nepuk pipiku, ini tidak mungkin terjadi. Kaze tidak mungkin kalah.
PRAANGGGG.
Barrier Kaze hancur berkeping-keping. Aku shock melihat Kaze tidak bergerak. Spontan aku berlari kearah Kaze.
“Kaze!! Bertahanlah!”
Aku menggenggam tangan Kaze. Melihat Kaze yang bersimbah darah, kakiku gemetar dan ngilu.
“Khhhh, M-miyu” ,Kaze bicara dengan susah payah.
“Sorry, aku tidak bisa membawa Hana kembali”, Kaze berkata dengan suara yang pelan.
“Bodoh!” Air mata mulai mengalir di pipiku. “Pikirkan dirimu sendiri!”
“M-miyu, aku sudah tidak sa-sanggup lagi” darah mengalir membanjiri perut Kaze,“Maaf”. Dan dia menutup matanya.
Tidak. Ini tidak mungkin.
“Kaze! Bangun! Kau bercanda, kan? Katamu kau orang paling kuat di dunia ini! Bodoh! Ini tidak lucu! BANGUNLAH!!” air mataku mengalir deras. Aku panik. Kaze tidak mungkin mati!
Aku menguncang-guncangkan tubuh Kaze, tapi dia tetap tidak bergerak dan napasnya mulai menipis. Kumohon! Ini pasti mimpi!
“Sudah dramanya?”
Aku melupakan keberadaan Seraph. Aku menengadahkan kepalaku. Rasa kesal membuncah dari dadaku. Aku akan membunuhnya.
“Apa kau benar-benar Angel? Aku tidak percaya. Angel tidak mungkin membunuh, kan?” aku terisak dalam kemarahan.
“Ya, tapi kalau menghadapi kalian para Demon, tentu saja itu diperbolehkan.”
“Cih, sebentar Angel sebentar Demon, apa yang berbeda? Toh kita semua sama-sama diciptakan untuk hidup. Bukankah setiap orang mempunyai hak untuk memilih hidupnya masing-masing?”
“Gadis pemberani.” Seraph terkekeh, “Tapi kami lebih suci, lebih agung daripada kalian. Kalian hanya mengganggu. Kalau bukan karna kalian tentu hidup kami bisa lebih nyaman.”
Aku mengepalkan tanganku. “Kalian hanya sekumpulan orang-orang munafik yang ingin diagung-agungkan. Berlindung dibalik sayap-sayap kalian!”, aku setengah berteriak.
“Lancang sekali kau!” Seraph melotot kearahku.
Seraph terbang lebih tinggi. Aku tau dia pasti akan menyerangku. Tapi aku tidak gentar. Aku tidak takut. Aku akan melawannya kali ini.
“La Bombe de Lumiere!”
Seraph melepaskan serangkaian bom sebesar bola-bola kristal para fortune teller di udara. Pandanganku dipenuhi bungkahan percikan cahaya. Aku berpikir cepat. Aku mencoba menghindar. Berlarian dengan kencang. Tapi, dia terlalu cepat. Sekelebat bayangan hitam muncul sebagai Armorku dan bom cahayanya meledak persis tepat di depan tubuhku.
“AAARRGHHHHH!!!!”
Sakit. Walau aku tidak terkena serangannya secara utuh tapi bajuku terkoyak. Tunggu, apa bayangan hitam tadi itu?
Aku merasakan adanya aura hitam yang memancar dari belakangku. Aku menoleh kearah Kaze dan benar saja, aura hitam membuncah dari dalam tubuhnya.
Celestia terguncang akan kehadiran energi hitam Kaze yang dahsyat. Kaze melayang. Dia berdiri tegak walau matanya masih tertutup.
“Kaze?” Aku terperangah. Seraph berhenti melayang, dia fokus pada perubahan tiba-tiba Kaze dan bersiap untuk keadaan yang berbahaya.
Tiba-tiba saja Kaze membuka matanya dan meledakkan aura hitam yang pekat dari tubuhnya. Aku menahan efeknya dengan kedua tanganku. Ada apa ini?
“You dare to face me, the Eternal Darkness. Die you foolish creature!”
Kaze bangkit. Tapi aku merasakan ada yang berbeda dengannya. Aura yang keluar dari dalam tubuhnya bukan lagi Wind melainkan Dark. Aku tidak tahu kalau seseorang bisa merubah elementnya. Dan lagi Dark yang keluar dari tubuh Kaze ini berkali-kali lipat lebih besar dari Windnya yang biasa.
“Kenapa----?!” Seraph mengepakkan sayapnya.
Aura hitam yang tadi diledakkan oleh Kaze sekarang seperti tersedot berkumpul di tubuhnya. Aku menoleh kearah matanya. Pandangannya seperti sudah bukan manusia lagi. Aku menelan ludah. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?
“Soleil-lune”
Celestia yang sampai tadi masih terang benderang, perlahan-lahan berubah menjadi gelap. Aura kegelapan yang besar ini sedikit membuat napasku sesak. Matahari yang menyinari Celestia seperti membalikkan badannya dan memancarkan sisi kegelapannya. Seraph yang menyadari perubahan matahari ini bersiaga akan datangnya kegelapan yang memasuki tempat suci para Angel ini.
“Miyu, berlindunglah di tempat yang sedikit jauh”, Aura kegelapan Kaze berkumpul menjadi satu di depannya dan berbentuk seperti dua panah yang besar.
“Tapi”
“Sudahlah ikuti saja”
Aku berlari menghindari mereka. Lagi-lagi aku tidak berguna.
“Fleche Noire.” Kaze melepaskan dua anak panah hitam besanya ke arah Seraph.
“Benisse, Armure de Dieu!”, Seraph membuat Armor dari cahaya. Dan dia berhasil menaklukan serangan Kaze.
“Cih!”
Seraph melesat terbang ke angkasa yang lebih tinggi, Kaze mengikuti, dia melesat dengan cepat di bawahnya. Dan mereka saling bertemu di titik awan sambil melayang di udara.
“Ternyata kau adalah Demon tertinggi selama ini” ,
DUAKK.
Seraph melayangkan tinjunya dan tepat mengenai pipi Kaze. Darah mengalir dari bibir Kaze.
“Khh.. kenapa kalau aku adalah Dark?”
DUKKK.
Kaze membalas meninju Seraph. Sekarang mereka beradu fisik di udara.
“Kalian hanya sekumpulan orang congkak, lebih baik dimusnahkan!”
BUGG.
Kaze menendang kepala Seraph. Seraph terhuyung kebelakang, menstabilkan posisinya kembali, dia balik menyerang Kaze.
DUG.
Seraph memukul perut Kaze. Kaze memuntahkan darah segar.
“Kau.. binasalah.”, Kaze maju dengan kepalan tangan di samping kepalanya.
“Kalian yang harus binasa!!” Seraph juga melakukan hal yang sama.
DUAKKK.
Mereka meninju wajah lawan masing-masing secara bersamaan. Terhenti sepersekian detik, mereka berdua lalu mundur.
“Keras kepala.” Seraph mengumpulkan cahaya-cahaya yang tersisa ke tangannya
Kaze mundur. Dia mengumpulkan aura kegelapan di tangannya. Seperti apa yang dilakukan Seraph.
“Light Beam!”
“Dark Beam!”
Kaze dan Seraph mengeluarkan Beam secara bersamaan. Sinar kegelapan dan cahaya yang bertemu saling beradu. Seraph mengerahkan seluruh tenaganya, Beam Kaze mulai tergilas. Tapi Kaze menambah kepekatan kegelapannya. Seraph mulai terdesak. Kekuatan Kaze meningkat. Seraph mulai melemah, dia tidak bisa menahannya lagi. Dia melepaskan jurusnya dan menghindar. Tapi, Beam Kaze yang masih aktif tadi mencuat mengenai sayap Seraph.
“Gahh!!” Sayap kanan Seraph terkoyak oleh Beam Kaze. Seraph kehilangan keseimbangan. Dia terbang turun berputar-putar layaknya burung yang patah sayapnya. Seraph jatuh terjerembab ke tanah.
Aku melihat dari kejauhan. Sudah selesaikah?
Kaze melayang turun menghampiri Seraph. Dia menyentuh tubuh Seraph dengan kakinya.
“Iron Maiden”
Tiba-tiba saja papan berduri muncul menjepit Kaze. Peti penyiksaan berbentuk wanita yang digunakan di abad pertengahan untuk menyangsikan kebenaran dari darah yang keluar ini melumat habis tubuh Kaze. Darah mengalir muncrat dari mana-mana.
Aku terperangah. Tidak lagi!
Peti itu rubuh. Tak bergerak. Darah mengalir deras dari dalam peti berduri ini. Kaze tak menunjukan tanda-tanda kehidupan. Seraph berusaha bangkit kembali. Dan dia puas, karna Kaze telah mati, lagi.
“Bodoh”, Seraph mundur beberapa langkah setelah memastikan bahwa Kaze telah mati. Dia berbalik dan beranjak ingin pergi.
Aura kegelapan masuk ke dalam peti. Peti itu bergerak lagi. Kaze membuka peti bagian atas yang menimpanya dan bangkit kembali dengan tubuh bersimbah darah. Dia terbang dengan kecepatan tinggi dan langsung menancapkan tangannya menusuk ke dalam perut Seraph. Semuanya terjadi dengan cepat. Seraph terkejut dan tidak bisa bergerak.
“Absorber”
Kaze menyerap kegelapan dari dalam tubuh Seraph. Bagaimanapun juga setiap makhluk hidup mempunyai dua sisi walau dia orang jahat atau orang baik sekalipun. Kaze memanfaatkan hal ini. Dia menyerap sisi Seraph yang gelap dan terabaikan menjadi kekuatannya kembali. Seraph merintih kesakitan, tapi tangan Kaze yang menusuk ke dalam kulit perutnya membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa. Seraph tersedak dan memuntahkan darah segar.
Kaze menyembuhkan lukanya dari aura gelap yang disedotnya dari dalam Seraph. Setelah meyedot habis kegelapannya, dia mencabut kembali tangannya dari tubuh Seraph. Seraph tersungkur sambil memegangi perutnya. Dia menyeret kakinya untuk segera menjauh. Dia terduduk dan terengah-engah.
“Dasar munafik.”, Kaze memandang rendah Seraph
“Berani sekali kau, makluk kotor!” Seraph terbatuk
“Orang yang tidak bisa menerima sisi gelapnya, tidak akan bisa mengalahkan kegelapan.”
“Diam!”, Seraph mengerahkan tenaga-tenaga terakhirnya. Dia mengumpulkan energi cahaya yang tersisa di Celestia, yang belum dilahap oleh kegelapan Kaze.
“Aile Blanche.”
Cahaya yang menyilaukan berkumpul di sayap Seraph yang rusak. Sambil terengah-engah dia mengerahkan segalanya untuk pertarungannya yang terakhir. Sayapnya bersinar menyilaukan. Berbeda dari sayapnya sebelum dirusakkan oleh Beam Kaze. Sayapnya mengurung tubuh Seraph dan mereka kembali bersinar. Cahaya yang keluar sangat menyilaukan mata sampai terlihat dari tempat dimana aku berdiri. Seraph menyembuhkan lukanya. Setelah dia selesai dengan ritualnya, sayap barunya membumbung menyilaukan.
“Cahaya tidak akan pernah hilang.” , Seraph berkata di tengah sayapnya yang berkilauan.
“Brillant, Angel Gardien”
Seraph memanggil dua Angel dari cahaya sayapnya. Sekarang Kaze di hadapkan dalam pertarungan dua lawan satu. Kaze mundur beberapa langkah, begitu juga Seraph. dua Angel yang disummon olehnya menghadang menggantikannya.
“Cih” . Kaze menggenggam Black Swordnya yang merupakan perwujudan dari Diablos.
Salah satu dari guardian itu melesat dengan cepat menebas Kaze. Tapi serangannya masih terlalu lemah sehingga guardian yang lain langsung maju untuk membantunya. Mereka menyerang Kaze bersamaan namun Kaze tidak gentar.
“Corbeau Noir”
Aura kegelapan yang mengelilingi Kaze perlahan-lahan berkumpul dan terlihat seperti sayap. Mereka lalu pecah dan muncul banyak sekali gagak hitam dari aura kegelapannya dan menyerang para guardian. Jumlah gagak yang terlalu banyak menyayat-nyayat para guardian, para guardian itu mundur beberapa langkah. Dalam hitungan detik, para gagak berhenti di udara dan mulai menikam para guardian yang tengah melarikan diri. Satu persatu dari mereka menembus dan masuk ke dalam tubuh para guardian, membuat mereka menjadi petrified untuk sesaat.
“Dechirure, Pluie Noire!”
Gagak-gagak yang bersemayam dalam tubuh para guardian tiba-tiba meledakkan para Angel guardian tersebut. Mereka meledak dan hancur berkeping-keping menumpahkan segalanya ke langit. Darah-darah yang berjatuhan berwarna hitam menghujani Celestia. Sontak aku merasa mual. Kepalaku pening.
“Kau benar-benar tidak ingin menyerah rupanya,” Seraph menyerap semua cahaya di Celestia, ”Baiklah, kita akhiri saja sekarang.”
DEG.
Kaze memegang dadanya. Rasa nyeri seakan menjalar di jantungnya. Kebangkitannya menjadi Dark rupanya memberikan efek pada tubuh manusianya. Kaze mengelus dadanya dan mengatur nafasnya. Sedikit lagi.
“Plie Etoile!”
Celestia yang ditutupi oleh awan kegelapan ditembus oleh cahaya besar tegak lurus menyembur dari lantai Celestia menembus tubuh Kaze. Dia layaknya boneka yang tubuhnya ditancap oleh patok kayu cahaya. Kaze tidak bisa melihat apapun. Cahaya yang menembus tubuhnya membuat semua pandangannya menjadi putih. Aura kegelapannya hancur seperti dipatahkan oleh Seraph. Badannya terkoyak, semua aura kegelapan yang mengelilinginya musnah dihancurkan oleh Plie Etolie. Awan-awan kegelapan itu pun perlahan berjalan menjauh dari Celestia. Sedikit demi sedikit langit menjadi terang kembali.
Kaze terjatuh berlutut. Pandangan matanya dipenuh oleh warna putih. Dia tidak bisa merasakan tubuhnya lagi. Namun, hal itu tidak menyurutkan kekuatannya untuk mengalahkan Seraph.
“Tahukah kau.. bahwa.. kegelapan itu.. abadi..?”
Kaze bangkit. Bola matanya berputar. Dia menancapkan kakinya pada tanah. Aura kegelapan yang tadinya sempat menghilang oleh Plie Etoile Seraph sekarang mulai berkumpul lagi. Kali ini lebih banyak dari sebelumnya. Kaze mengerahkan semua kekuatan darknya dari dalam corenya. Matanya berpendar. Di sekitarnya muncul angin yang cukup keras.
“Sphere Tenebres!”
Kaze mengarahkan tangannya kearah Seraph. dari telapak tangannya keluar aura hitam yang mengelilingi Seraph. Seketika saja, Seraph seperti terperangkap didalam Sphere kegelapan dan tenggelam di dalamnya.
“Keluarkan aku!”, balon-balon udara keluar dari mulutnya. Dan dia tersedak aura kegelapan Kaze yang masuk ke dalam rongganya.
“Orang yang tidak bisa menerima sisi gelapnya.. tidak akan bisa mengalahkan kegelapan..”
“Tourment, Noir d’ivoire”
Gelap. Hitam. Aku tidak bisa melihat apapun.
“GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!”
Suara teriakan Seraph yang kesakitan menggema di Celestia. Dari sisi Sphere, keluar gading-gading hitam yang runcing. Gading-gading ini bersimbah darah. Sphere Kaze berputar. Warnanya yang hitam pekat mengahalangiku untuk tahu apa yang sedang terjadi didalamnya.
”Selesai.”
Sphere dan Seraph menghilang tersapu dengan angin. Satu persatu bulu di sayapnya berterbangan. Aku menarik napas panjang. Aku lega semuanya sudah berakhir.
PRANGG.
Kaze menoleh ke sisi Celestia yang lain, dan aku juga melihatnya. Sesuatu yang berpendar seperti dinding yang transparan, hancur berkeping-keping.
Aku mendekati tempat itu, sesuatu seperti bayangan makhluk hidup tampak di dalamnya, atau paling tidak seseorang.
“Hana!”, aku berlari mendekatinya dan menopangnya di bahuku.
“Mi.. yu..”
Aku tercekat. Eh? Aku memperhatikan Hana yang bersandar di bahuku. Dia pingsan, lalu.. siapa yang memanggilku?
Aku menoleh kebelakangku. Kaze. Tubuhnya menjadi transparan.
“Ma.. af.. aku..”, Kaze tersenyum.
Tunggu! Apa yang sedang terjadi?
“Ka-kaze.. tubuhmu..”
“Bawa Hana.. cepat..”, tubuhnya semakin tipis berkilauan terkena cahaya Celestia.
Aku memapah tubuh Hana dan berjalan menuju pintu keluar. Aku menatap cemas ke arah Kaze. Tapi, dia sudah tidak ada.
“Kaze? Kaze? Kau dimana? Kaze!”, aku panik dan menatap ke sekeliling Celestia, “Kaze keluarlah! Hentikan main-mainnya! Kaze!!”
Tidak. Tidak lagi. Apa yang terjadi dengannya.
Kaze… menghilang?
Post a Comment