// Posted by :darakyu706 // On :Saturday, November 6, 2010

Chapter eight: Demon’s fate!

Hoamm. Aku menguap beberapa kali hari ini. Rasanya mengantuk sekali. Aku begadang semalam membuat summary untuk beberapa pelajaran karna ujian akan berlangsung seminggu lagi dan sekarang pelajaran sejarah, membuatku merasa kalau Pak guru ini sedang menceritakan dongeng sebelum tidur untukku. Aku menahan rasa kantukku dengan bersusah payah, tapi rasanya terlalu berat. Akhirnya aku pun tertidur.

“Miyu.. dia mendekat,”
“Dia? Siapa?” Eirin terlihat cemas.
“Charm”
“Apa .. maksudmu?”
“Miyu..” Eirin semakin memudar di penglihatanku tapi suaranya menggema memanggilku.

“Miyu! Miyu Sasakura! Kau pikir ini hotel?” Pak Guru sejarah menggebrak mejaku.
Aku kaget dan terjuntal kebelakang. Seisi kelas menertawakanku.
“Sana, berdiri di pintu kelas supaya tidak ngantuk lagi!”
Dengan langkah sedikit kesal aku berjalan menuju pintu kelas. Cih. Aku dihukum. Aku berdiri di pintu kelas sambil menguap. Dia pikir pelajaran hanya sejarah? Aku menendang dinding di belakangku. Moodku memang selalu jelek kalo dibangunkan secara paksa ketika sedang tertidur. Apa boleh buat, aku berdiri di dinding luar dari pintu kelas sambil menahan kantukku. Karna tidak tahan berdiri, aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan untuk tidur.

BRUK.

Aku menabrak seseorang dan kami sama-sama terjungkal ke belakang.

“Aduh”
Aku melihat ke orang yang kutabrak. Terkesima, dia sungguh cantik.
“Maaf, kau tidak apa-apa?” tanyaku sambil mengulurkan tanganku dan membantunya berdiri.
“Iya,” katanya sambil menyambut uluran tanganku, “Maaf aku tidak memperhatikan jalan.”
“Tidak apa-apa, ini salahku kok. Aku berjalan sambil mengantuk”
“Namaku Frau.” Dia mulai memperkenalkan diri.
“Aku Miyu.”




“Kaito, kau merasa ada yang aneh?” jam makan siang, Kaze menggigiti sedotannya lagi.
“Apa maksudmu?”
“Kenapa Rokku tiba-tiba muncul? Seperti yang kita tahu, dia kan murid pindahan, bagaimana bisa dia menyerang kita yang bahkan kita tidak kenal siapa dia?”
“Hmm..” Kaito berpikir sambil memakan bentonya.
“Sepertinya, kita sedang diincar”




“Miyu! Kami mencarimu daritadi, kau kemana saja?” Hana seperti biasa, selalu cemas berlebihan.
“Kami kira kau akan tetap berdiri di depan pintu kelas ternyata kau malah jalan-jalan, kalau tahu begitu tadi lebih baik aku juga tertidur deh” Sakura bergumam.
“Maaf, karna aku mengantuk sekali tadi, niatku ingin tidur di perpustakaan—oh, kenalkan, dia Frau”
“Salam kenal” Frau menjabat tangan Hana dan Sakura sambil tersenyum.
“Lagi-lagi gadis cantik” kata Sakura entah apa maksudnya.

“Miyu!” seseorang memanggilku dari belakang. Daichi, terlihat berjalan mendekat sambil membawa dokumen. Aku merasakan ada yang meremas tanganku, Hana.
“Ada yang ingin kubicarakan, ikuti aku” Daichi berjalan dengan cepat.
“Tunggu!” aku meninggalkan Hana dan Sakura bersama Frau. Hana, terlihat menatap punggungku ketika aku berjalan di sebelah Daichi dan Frau, tatapannya serasa menembus punggungku.

Frau memandang Hana yang masih tidak melepaskan pandangannya dari Daichi.
“Yuk, Hana. Aku ingin mengobrol denganmu.” Frau menarik tangan Hana sambil tersenyum.




“Ini, kurasa memang ada yang aneh,” Kaze memperhatikan dokumen Rokku dari samping meja bundar ruang klub.
“Kenapa datanya kosong?” Kaito ikut bingung.
“Itulah, aku juga mempertanyakannya saat aku pertama kali melihatnya.” Ucapku.
“Ini, aku berhasil menemukannya, yah lebih tepatnya.. mencurinya.”
Aku terbelalak. “Kau? Mencuri? Bukannya kau ketua OSIS?”
“Sssssttt,” muka Daichi memerah

Daichi memperlihatkan kepada kami dokumen berisi silsilah kekerabatan kepala sekolah Raigaku. Kami semua terkejut. Ada Rokku!

“Jadi dia.. masih satu kerabat?” aku masih shock.
“Itulah kenapa dia mengetahui semua tentang kita, kupikir, sebelum dia memutuskan untuk pindah ke sekolah ini dia sudah mencari tahu tentang kita, dan kurasa targetnya yang sesungguhnya bukan Kaito tapi Kaze.”

Kami semua berbalik memandang Kaze.
“Aku sudah tahu ini akan terjadi, cepat atau lambat.”




“Miyu, kurasa.. Hana berubah, dia sedikit aneh.”
“Apa maksudmu?” aku menatap Sakura.
“Entahlah, aku hanya merasa sedikit aneh.” Entah mengapa Sakura terlihat gugup.

Aku melihat bangku Hana. Sebentar lagi bel akan berdering tapi bangkunya masih kosong. Biasanya dia selalu bersama Sakura kemana pun dia pergi.

“Bukannya kau tadi bersamanya? Dia belum kembali?”
“Ya, dia bersamaku sampai Frau menarik tangannya dan aku ditinggalkan sendiri. Aku kira dia akan ke kelas duluan, tapi..” Sakura melihat bangku kosong Hana.
“Masa sih dia bolos?”
“Entahlah, Hana tidak seperti biasanya.”
Bel kelas pun berdering. Tidak ada tanda-tanda bahwa Hana akan kembali. Kaito kembali ke tempat duduknya di sebelahku. Aku masih cemas memikirkan Hana. Di mana dia?




“Your vow, m’lady” seseorang berkerudung putih transparan dan membawa spear terlihat sedang melakukan ritual pengucapan sumpah di depan seorang gadis berambut coklat.
“I take my vow to eliminate every demons in this world, and conquer the light beyond this universe. I trade my soul to perish demons and my body to purify them.”
Terlihat gadis itu telah selesai mengambil sumpah, dan sekarang dia bersujud di hadapan seseorang yang berkerudung putih itu dan membiarkannya menyentuh kepalanya dengan tombaknya. Cahaya putih pekat mengelilingi mereka dan tampak menelan sang gadis berambut coklat. Lalu perlahan, cahaya itu menghilang dan mereka telah kembali ke wujud asalnya.

“Bagus sekali, Hana.” Ucap Frau.
“Daichi..”
Tatapan mata Hana kosong. Dia seperti sudah dicuci sebagian otaknya.



Aku dan Sakura mencari Hana di sekeliling sekolah sekarang. Sekolah baru saja berakhir dan Hana masih tidak kelihatan batang hidungnya. Aku mencari di toilet wanita tapi yang kudapati hanyalah para gadis-gadis yang sedang menggosip dan berdandan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa toilet selalu dijadikan tempat pertemuan rahasia para wanita. Wangi parfum yang bermacam-macam membuatku sesak, aku segera keluar dari toilet dan mencari ke kelas-kelas di lantai 2.
Sakura terlihat sangat cemas. Dia berlari kesana kemari, menjeblak pintu-pintu kelas sehingga membuat para murid yang masih tinggal di kelas terkejut. Sakura dan Hana sudah kenal lama sekali. Mereka sudah seperti kakak dan adik, wajar kalau Sakura sangat cemas sekarang ketika Hana menghilang. Dia sudah seperti adikku, pikirnya.

Aku berlari ke atap gedung sekolah setelah mendapati hasil nihil ketika mencari di tiap-tiap kelas. Aku seperti kehilangan nafasku ketika kudapati ada seorang gadis yang tengah berdiri menatap lapangan sekolah di balik kawat. Angin yang pelan mengibaskan rambutnya yang coklat.

“Hana!” ucapku sambil terengah-engah. Kudekati sosoknya. Tapi sesuatu menahanku..

“Tunggu sebentar, nona manis” aku sadar sekarang aku sedang diikat oleh seseorang. Aku melihat ke arahnya. Seorang wanita berkerudung putih transparan.
Hana berbalik menatapku. Tatapan matanya kosong tapi aku bisa merasakan hawa bahwa dia ingin membunuhku. Apa ini..

“Tunjukkan dirimu yang sesungguhnya! Kau iblis!” Frau mengaktifkan spellnya ke arahku dan tiba-tiba saja aku bertransformasi.
“Frau? Kau..Gyaaaaaaaaaaaaa!!” aku seperti tersedot ke dalam diriku sendiri. Aku berusaha bangkit dan tersadar sekarang aku sudah bertransformasi. Bersatu dengan Eirin.

“Yeah, aku adalah Angel, aku mendekatimu untuk mencari kelemahanmu. Kau iblis wanita. Keberadaanmu hanyalah membuat manusia mempunyai perasaan yang jahat, kalian harus dimusnahkan! Perasaan negatif tidak baik untuk kelangsungan bumi! LUMINA!!”

Frau mengarahkan Spearnya kepadaku. Dan sebongkah cahaya tajam keluar dari tombaknya dan menembus ke dalam tubuhku tepat setelah dia mengucapkan spellnya. Aku merasa seperti tertelan ke dalam cahaya yang pekat dan mataku mulai berair. Tidak!

“AAAAARRRRRRRRRRRGHHH!” tubuhku terasa tersayat-sayat oleh cahaya yang pekat. Aku memusatkan pikiranku dan mencoba menolak serangan Frau. Berpikir Miyu, berpikir!

“Shield!” tanpa sadar aku mengucapkan mantra untuk memblokade serangan Frau.

“Oh, ternyata tidak selemah yang kubayangkan, LUMINA MAXIMA!”

Tidak! Aku gugup dan tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku pasrah menerima serangannya, aku menutup mataku sambil menutupi wajahku..

Tunggu. Aku tidak merasakan apapun. Bukankah tadi dia menyerangku?

Aku membuka mataku. Seseorang berada di depanku dan dia menggunakan tameng besar. Rupanya dia melindungiku dari serangan Frau. Sepertinya serangan orang ini pun tidak mempan terhadap Frau.

“Demons, kalian benar-benar licik. Hana, kau lihat sendiri bukan kalau dia licik? Enyahkan hati jahatnya dan kau bisa mendapatkan apapun yang kau inginkan!”

Aku melihat pada orang yang menolongku. Aku tidak ingat pernah melihat sosok transformasinya. Dia bukan Kaito, bukan Kaze juga Daichi..
Aku menatap ke arah Hana. Tidak. Aku tidak percaya ini. Hana seorang Angel? Sejak kapan? Kenapa aku tidak menyadarinya dan dia tidak menyadariku?

Hana maju ke arahku. Dia sudah bertransformasi, dan sekarang dia bersiap untuk menyerangku.

“Hana! Hentikan! Sadarlah! Kita berteman bukan? Aku tidak ingin melukaimu! SADARLAH HANA!”

“DIAAAAMMMM!!!!” Cahaya mengelilingi tubuh Hana, “Tugasku adalah untuk melenyapkan iblis. Iblis tidak dibutuhkan di dunia ini” Cahaya yang muncul makin besar keluar dari tubuh Hana.

“Hana sadarlah! Apa yang terjadi padamu?”

Hana tetap diam. Cahaya di sekelilingnya tampak sangat menyilaukan mataku. Aku tidak tahu kapan mulainya tapi, Hana menyayatku dengan tebasan dagger yang tidak kelihatan.
Dan aku membungkuk merintih kesakitan, sedangkan cowok yang menolongku tadi sepertinya terkena efek numb oleh Frau.

“Ha-hana..” darah mengucur dari bekas sayatan Hana. Aku memusatkan pikiranku dan menutup lukaku dengan energi yang tersisa. Meregenerasi selku.

“Hana.. kumohon sadarlah”
“Sadar? Aku selama ini sudah tertipu olehmu, Miyu. Sekarang aku sudah menyadarinya. Kau sungguh iblis wanita. Aku terluka melihatmu bersama Daichi! BIARKAN AKU MEMBERSIHKAN HATIMU!”

Hana menebasku berulang kali dengan daggernya. Aku terjerembab kesakitan, darah membasahi tubuhku. Tidak, aku tidak boleh mati, sesuatu pasti terjadi dengan Hana.
Serangannya melukaiku berulang kali. Aku hanya bisa berteriak, aku tidak bisa melukai Hana. Cowok misterius yang menolongku pun hanya bisa menatapku dengan miris, dia sangat ingin menolongku tapi dia masih dibawah pengaruh numb Frau.

“Bagus sekali Hana” Frau mengawasi kami sambil melayang dan memastikan bahwa spellnya masih bekerja pada cowok misterius itu.
Aku terbungkuk. Lemas karna luka-luka sayatan di tubuhku dan darah yang mengalir membasahi bajuku.

“Hana.. tolong hentikan.. kau telah dipengaruhi..” aku kehabisan nafas. Aku mencoba untuk meregenerasi selku berkali-kali. Aku tidak mempunyai cukup energi yang tersisa untuk menyerang balik, selain itu, aku tidak bisa menyerang Hana. Dia temanku.

Hentikan. Tolong hentikan, sakit, aku tidak kuat.

Tiba-tiba ada serangan dari belakangku. Hana membeku, dan Frau terjerembab ke belakang. Dia masih sempat memblok serangan dari belakangku. Aku menoleh ke belakangku. Kaze. Aku berusaha untuk bangkit dan berdiri, mengambil tempat di depan Kaze.

“Tidak, kau tidak boleh menyerang Hana. Dia temanku.”
Aku merentangkan tanganku di depan Hana yang membeku.

“Bodoh, dia ingin membunuhmu”
“Tapi dia temanku! Kumohon hentikan!”

Frau memperhatikan Kaze. Jadi dia orangnya, pikir Frau. Frau segera mengucapkan spell untuk membebaskan Hana dari kebekuan. Hana pingsan kehilangan kesadaran. Frau membawa Hana dan sayap putih keluar dari punggung Frau. Frau mengepakkan sayapnya sambil memapah Hana, dia terbang menuju langit dan menghilang diantara awan bersama Hana.


Aku menonaktifkan transformasiku. Rasanya semuanya berputar di mataku, badanku seperti hancur, dan aku pingsan.




“Bagaimana ini? jadi apa yang akan kita lakukan?”
“Sebaiknya kita tunggu Miyu sadar dulu.”
“Tapi dia sedang koma! Aku sudah tidak sabar untuk menghajar pelakunya.”
“Sabarlah Kaito. Di rumah sakit tidak boleh berisik.”

Daichi terduduk lemas. Kaze berusaha menenangkan Kaito. Sakura terlihat shock duduk di samping Daichi.

“Miyu koma.. Hana menghilang..” Sakura gemetar.
“Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja.” Daichi mencoba menenangkan Sakura.
Sakura menangkupkan tangannya di mukanya, terdengar dia menahan isakan tangisnya. Daichi menepuk bahunya.

“Sepertinya kita akan berperang, jangan gegabah Kaito, kita harus menyusun strategi dulu, dan ini semua tergantung keputusan Miyu.”
“Baiklah,” Kaito terlihat tenang sekarang dan dia duduk di sisi lain Daichi.
“Dengar,” Kaze berjalan mondar-mandir di depan mereka.





“Miyu..”
“Eirin, kau terluka?”
“Tidak terlalu, aku mencemaskanmu.”
“Aku?”
“Ya, aku takut tubuh manusiamu tidak kuat menahan lukanya”
Aku baru tersadar, sekarang aku berada di ruangan putih, hanya berdua dengan Eirin.
“Dimana kita? Kenapa semuanya putih?”
“Kau koma, Miyu. Karna itu, aku akan berusaha untuk mengobatimu dari dalam.”

Eirin mengumpulkan energinya di sekitar tangannya. Memejamkan mata beberapa saat, tangannya menembus ke badanku dan telunjuknya tepat menyentuh inti jantungku.

“Aku akan mengobati coremu,”

Aku merasakan aliran panas di jantungku. Aku tahu Eirin sedang berusaha meregenerasi jantungku. Lama-kelamaan rasa sakit menjalar di jantungku. Aku meringis kesakitan sementara Eirin juga menahan kesakitan. Aku memegang tangannya.

“Sudahlah Eirin, kau juga terluka. Aku sudah tidak apa-apa kok.”
“Maafkan aku” Eirin terengah-engah.
“Sudahlah, kau adalah aku, dan aku adalah kau. Tidak perlu minta maaf. Aku mengerti kok.”
“Miyu, aku sudah tidak kuat lagi. Aku akan beristirahat sejenak. Kau kembalilah ke dunia nyata, mereka mengkhawatirkanmu.”
Eirin melebur menjadi air, dan menghilang di serap daratan.

Mereka, pikirku. aku harus kembali.

Aku membuka mataku. Putih. Aku mencium bau obat dan merasakan infus di tanganku. Rumah sakit. Aku melihat ke sekelilingku. Kaito, Kaze, Daichi, juga Sakura bergeletakan di sekeliling kasurku. Aku membuka penutup oksigenku, berusaha untuk duduk.

“Kaze..” aku mengoyang-goyangkan bahunya.
“Hmm?” dia tampak kelelahan.
“Pulanglah dan istirahat, kau tampak lelah. Aku sudah tidak apa-apa kok.”
“Iya,” dia menjawabku dengan masih terkantuk-kantuk.

Lalu dia shock melihatku sudah siuman.

“Miyu-chan!! Kau sudah bangun!”
Teriakan Kaze membuat semua orang terbangun. Sakura sampai terjatuh dari sofa saking kagetnya.

“Miyu! Syukurlah, kami cemas sekali,” Sakura meneteskan air mata dan memelukku. Ternyata dia masih wanita.
“Maaf, aku sudah membuat kalian cemas. Berapa lama aku tertidur?” Aku mengusap punggung Sakura.
“2 hari. Kau koma. Maafkan kami Miyu, Kami membiarkanmu dalam bahaya.” Ucap Kaze.
“Tidak apa-apa. Kalau aku selalu dilindungi kapan aku akan menjadi kuat?”
“Oh, Miyu” Sakura terisak.




Di sebuah istana di atas langit, dipenuhi oleh cahaya yang berkilauan, tampak para penduduk di sana mempersiapkan sesuatu.

“Kau harus menguatkan alasanmu, Hana.”
“Daichi..”
“Baiklah, kau siap?” Frau mengeluarkan Spearnya, “Cross Lumina!”
Bongkahan cahaya menyeruak ke arah Hana, dan dia tenggelam dalam sinar putih yang pekat.





Tekanan ujian makin meningkat di Raigaku. Tapi, aku tidak bisa memikirkan apapun lagi, pikiranku kacau, Hana.. aku yakin dia dipengaruhi.
Aku berjalan ke kalasku dengan malas. Bel sudah berbunyi. Aku segera duduk di kursiku dan menghela nafas. Hana..

“Hana Kohaku” Guru sedang memanggil nama kami satu-persatu untuk diabsen.
“Dia sedang sakit, Pak” Aku menjawab dengan lesu. Aku benar-benar merasa bersalah. Aku masih ingat kata-kata Hana. Aku terluka melihatmu bersama Daichi! Sekarang, apa yang harus kulakukan? Sepertinya keberadaanku hanya membuat luka untuk orang-orang di sekitarku.



Daichi menoleh ke arahku. Tapi aku membuang mukaku, aku sedang tidak ingin melihatnya, aku benar-benar bodoh. Aku kehilangan sahabatku karna kebodohanku.

“Kaito, aku mengharapkanmu untuk bagian penyerangan. Daichi, kau di bagian pertahanan, Miyu tolong kau support kami seandainya ada anggota yang terluka, kami membutuhkan bantuanmu untuk menheal kami, sedangkan aku akan mengcover semuanya. Kita laksakan misi ini setelah ujian besok.”

Kaze menjelaskan strateginya pada kami. Kami berencana untuk menarik kembali Hana setelah semuanya yang terjadi dua hari yang lalu. Aku merasakan aliran yang kuat untuk segera menjalaskan misi ini. Misi untuk menjelaskan semua kesalahpahaman yang terjadi diantara kami.



Hari ujian. Pikiranku benar-benar kosong. Aku pasrah mengerjakan soal matematika hari ini. Aku terpaku pada soal ujianku. Aku benar-benar tidak mengerti apapun. Aku mengacak-acak rambutku. Tekanan matematika dan misi untuk menyelamatkan Hana membuatku frustasi. Aku menempelkan kepalaku di meja. Mataku mulai menutup, aku tertidur.


“Perasaan negatif tidak baik untuk kelangsungan bumi!” Frau terlintas di mimpiku.
“Aku terluka melihatmu bersama Daichi!” Bergantian dengan Hana.
“Maafkan aku” aku bersujud di hadapan Hana.
“DIAAAAMMMM!!!!” Hana berteriak di mimpiku dan dia mulai menyerangku lagi. Aku ambruk kesakitan.
Bel tanda ujian telah selesai mengagetkanku. Aku terbangun dari mimpiku dan kehabisan nafas. Aku mengumpulkan kertas ujianku dan berlari ke kamar mandi untuk membasuh wajahku.



“Kalian siap?” Kaze membawa Death Scythenya.
“Ya” Aku, Kaito dan Daichi menjawab Kaze.
“Kita berangkat, hati-hatilah.”

Kami semua melesat ke angkasa, tempat dimana semua Angel berkumpul. Istana putih di atas langit. Aku membulatkan tekadku. Kalau ini takdirku, dan kalau aku mati disana, setidaknya aku mati karna menyelamatkan sahabatku.