Archive for September 2012

CLICK! <<<<<< Sebelumnya


"Kau tidak bawa payung?"

Aku tersentak kaget. Sosok lelaki tegap berdiri di sampingku saat aku termangu menatap hujan. Memang, aku sering sekali melupakan benda yang satu itu. Di saat aku membawa payung lantas hari tidak hujan, ketika aku meninggalkannya di rumah aku terjebak dalam hujan. Alam selalu mempermainkan diriku.

"Tidak." ujarku sambil menahan angin dingin dari semburat hujan.
"Ini, pakailah." katanya sembari menyodorkan payungnya yang berwarna biru aquamarine. Dia lalu merogoh isi tasnya dan mengambil payung yang lain berwarna abu-abu. Heran menurutku, kenapa lelaki ini membawa dua payung ke sekolah? Atau memang dia sengaja untuk mengambil kesempatan jika ada gadis yang kelupaan membawa payungnya?

"Kau tidak mau pulang?" katanya lagi.

Aku tidak tau mau bagaimana membalas ucapannya. Aku hanya diam dan memperhatikan payung birunya yang sekarang ada di tanganku.

"Terima kasih." ujarku dengan gigi bercatrukan, menggigil kedinginan.

Entah bagaimana, lelaki itu kemudian melepaskan jaket coklatnya dan memakaikannya di tubuhku. Sekali lagi aku terkejut melihat sikapnya.

"Pakai saja. Kau bisa mengembalikannya kapan saja, lagipula kita satu sekolah."

"Terima kasih." aku mengucapkannya lagi, kali ini aku merasa wajahku memanas.


***


"Kyaaaaaaaaa!!! Shoot kak!! Baguuuuus!!!"


Saat istirahat. Saat yang tepat untuk melihatnya. Belakangan aku baru mengetahui namanya, Ray. Kejadian itu sudah terjadi setahun yang lalu. Dan aku masih belum mengembalikan jaketnya. Dia pun tidak pernah menemuiku untuk memintanya kembali. Mungkin pun dia sudah melupakan kejadian hari itu. Tapi tidak bagiku, semenjak saat itu, bola mataku rasanya tidak pernah lepas darinya. Hal itu terus kulakukan hampir setahun lebih. Aku hanya bisa mengamatinya dari jauh. Seperti sekarang ini, saat dia bermain basket bersama teman-temannya. Mataku tak pernah lepas dari sosoknya yang tinggi menjulang di lapangan. Sementara para juniorku, anak-anak kelas satu, bersorak sorai untuknya dari lantai dua. Tepat di balkon kelasku yang memang menghadap langsung ke lapangan. Sejak dia bergabung di klub basket dan bersama timnya mewakili sekolah kami memenangkan kejuaraan nasional antar sekolah, Ray memang menjadi idola di sekolah ini. Itu mengapa aku lebih suka memandanginya dari jauh. Aku merasa banyak anak perempuan yang sengaja memilih untuk masuk ke sekolah ini hanya untuk bisa mengenalnya, dan benar saja, sekarang dia punya banyak pengagum, selain aku tentunya.

Sebenarnya aku ingin mengenalnya lebih jauh, aku ingin mengembalikan jaketnya, tapi aku terlalu malu untuk berbicara dengannya. Sejak hari itu aku merasa aku menyukainya. Tidak banyak orang yang menyadari keberadaanku. Biasanya mereka hanya melewatiku begitu saja. Bagaimana pun kebanyakan lelaki di sekolah hanya tertarik pada gadis cantik atau gadis populer saja.



"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa!! Kak Ray masukin kak, shoot kak!! Shoot!!!"

Teriakan dari para gadis-gadis juniorku ini benar-benar memekakkan telinga. Apa boleh buat aku pun memutuskan untuk kembali ke kelas saja.


"Haaah, dasar mereka ini."




Precious Memories...

//Saturday, September 29, 2012
//Posted by darakyu706
Tag :
Dini hari. 


Aku terbangun dari tidurku dan bergegas ingin mengambil handuk yang berwarna biru itu, yang tergantung di sudut kamarku dekat dengan kamar mandi. Aku beranjak dari tempat tidurku tanpa memperdulikan keadaan rambutku yang sangat berantakan seperti sehabis ditabrak oleh angin kencang. Menguap sesaat, aku melangkahkan kakiku ke handuk itu, yang telah kupakai setahun ini. Aku memutuskan untuk mandi sepagi ini, walau udaranya membuat tanganku kebas.

Hari yang biasa. Keadaan yang biasa. Sarapan. Berangkat sekolah. Pulang. Hanya itu yang kulakukan dalam keseharianku. Aku melangkahkan kakiku menuju dapur, rasanya enggan untukku untuk menikmati sarapan untuk hari ini. Kuambil kotak bekal makananku. Hanya kotak bekal berwarna hijau yang biasa. Kumasukan apapun makanan yang tersedia ke dalamnya. Dan membawanya ke sekolah. Setelah berpamitan dengan orang tuaku, aku pergi menuju sekolah. Aku memang lebih suka berangkat pagi hari, jauh sebelum kebisingan pagi di ibukota negara ini dimulai. Selain itu, aku sangat suka menghirup udara pagi yang masih berbau embun. Aku menarik nafasku dalam-dalam. Ini tahun keduaku di sekolah ini.

Seperti biasa. Aku selalu menjadi orang pertama yang tiba di kelas. Kurapatkan tas punggungku di kursi kayu sekolah. Aku melangkah gontai keluar menuju balkon sekolah karna kelasku berada di lantai dua. Bengong. Ya, memang selalu seperti itu kegiatanku di pagi hari. Aku berdiri disini pun ada alasannya. Dia. Sudah setahun ini aku mengagumi sosoknya. Aku hanya bisa melihatnya dari balkon lantai dua kelasku saat dia melawati lapangan sekolah atau saat dia bermain basket di saat istirahat sekolah bersama teman-temannya. Aku sadar aku bukanlah apa-apa dibanding sosoknya. Aku bahkan tidak selalu terlihat oleh teman sekelasku sendiri. Sebenarnya aku tidak pernah memikirkan hal itu, toh aku lebih suka sendirian. Lebih sunyi. Yang jadi masalah adalah jikalau para guru itu memberikan tugas secara berkelompok. Disitu aku bingung dengan siapa akan menempatkan diri. Tidak ada seorang pun dari mereka yang repot-repot ingin mengajakku bergabung dengan kelompoknya. jika sudah terjadi hal semacam itu, maka saat suatu kelompok tertentu kekurangan orang dan disitulah aku dimasukkan. Biasanya mereka akan menunjukkan tampang apa boleh buatnya saat menerimaku.

Aku menghirup napas dalam-dalam. Memang aku lebih suka sendiri. Tapi terkadang saat aku merasa kesepian, aku ingin punya teman untuk bercerita. Aku ingin punya teman yang bisa berbagi. Tapi entahlah, menurut orang lain, aku ini terlalu aneh untuk menjadi teman mereka. Aku tidak suka apa yang disukai gadis pada umumnya, dan aku menyukai apa yang para gadis itu benci pada umumnya. Jadi sulit buatku untuk menemukan seorang teman wanita yang benar-benar cocok denganku.

Nafasku tertahan. Orang itu tiba di lapangan sekolah saat aku sedang asyik berbicara dalam kepalaku sendiri. Seperti biasa, seperti ada sinar yang menaunginya, dia selalu terlihat berkharisma di mataku. Bola mataku selalu melihat ke arahnya dimanapun dia berada. Saat di kantin, di perpustakaan, bahkan saat upacara mataku akan otomatis menemui sosoknya. Hanya bisa melihatnya dari kejauhan bagiku sudah menjadi ketenangan yang luar biasa untukku menjalani hariku yang membosankan. Aku masih ingat saat itu. Saat aku pertama kali melihatnya...






Kelanjutannya >>>>>CLICK!

Look into my eyes.

//Thursday, September 27, 2012
//Posted by darakyu706
Tag :


Ohayouuu!! or I should say Konnnichiwa here actually lols. It's been long time I didn't post anything again, hey look! I've just changed my background!! Okay nobody cares *whacked*
Ahh, what  should we talk here, oh! I've been interested become a seiyuuuuu! Oh how I wish someday I can become one, though I'm not really sure my voice is nice.. but whatever I want to be a seiyuuu! *shot 3 times*

for those who doesn't know, seiyuu is a voice actor or simply says it as a dubber. I always awe them who perfectly can act their voice through a character. I think becoming a voice actor is much more difficult than an actor itself, because we have to act through our voice, without anyone noticing about us lol!! how cool they are!! I should learn one D:

Untitled

//Tuesday, September 4, 2012
//Posted by darakyu706
Tag :