// Posted by :darakyu706 // On :Wednesday, July 27, 2011


Chapter 12. New Breeze

Kuro bisa bicara? Aku bermimpi kan?

Kepalaku jadi pusing. Apa yang terjadi? Kuro masih berdiri di depanku dan menatapku dengan tajam.
“Kuro.. Kau.. kucing kan?”, aku masih tidak percaya dengan penglihatanku.
“Sudahlah, cepat ambil pakaianmu dan dengarkan aku”. Kuro melompat turun dari bathtubeku dan keluar dari kamar mandiku.

Apa ini? Aku memeriksa dahiku. Normal, aku tidak demam. Aku mencubit pipiku. Sakit. Aku tidak bermimpi. Berarti..
Hidupku memang sudah melebihi batas normal semenjak Eirin terlahir dari dalam diriku. Aku mulai banyak memasuki dunia yang memang susah untuk dijelaskan dengan logika. Tapi, tiba-tiba ada seekor kucing hitam yang bicara di depanku? Orang pikir aku pasti sudah gila.

Aku menarik handukku dan menyudahi mandikku, dengan cepat aku berpakaian dan keluar dari kamar mandi menuju kamarku. Kuro sudah duduk diatas kasur menungguku. Aku memeriksa sekeliling kamarku memastikan tidak ada yang mendengar. Kukunci pintu dan aku berjalan kearah Kuro dengan gemetar.

“Si-siapa kau, to-tolong jangan ganggu aku tuan jin”, aku terpaku beberapa langkah dari Kuro. Sengaja kubuat jarak diantara kami kalau-kalau terjadi sesuatu seperti.. sesuatu itu melompat keluar misalnya.

“Cih, tuan jin katamu? Jahat sekali, kau masih belum menyadarinya kah, Miyu-chan?”

Ah panggilan itu. Kata –chan terbayang-bayang dalam benakku. Yang selalu memanggilku dengan tambahan kata seperti itu semenjak kami bertemu..

“K-kaze?!”
“Dasar lambat.” Kaze menggeliat diatas kasurku.

Otakku berputar dengan cepat. Kenapa Kaze menjadi Kuro? Akankah Kaze masuk kedalam tubuh Kuro ataukah memang Kuro adalah Kaze? 

“Kenapa kau masuk ke dalam tubuh Kuro?” aku mencoba dugaanku yang pertama.
“Masuk katamu? Hey, sejak awal namaku memang Kaze. Kau saja yang merubahnya seenaknya.”
“Maksudmu sejak awal Kaze adalah kucing yang bernama Kuro?”
“Sudahlah hentikan bermain detektif-detektifnya, kutegaskan sekali lagi aku memang Kaze, tapi sekarang sedang berwujud seekor kucing.”

Aku menelan ludahku. Kuro adalah Kaze?
“Tapi kenapa?”
“Kenapa aku menjadi kucing maksudmu? Yah, semenjak kejadian di Celestia itu aku sudah menghabiskan seluruh energiku. Dan juga aku sudah lagi bukan wind. Aku terlahir kembali sebagai  dark. Aku menghancurkan badanku sendiri karna kekuatan dark yang kupakai melebihi batas saat itu untukku yang baru lahir. Aku kembali ke dunia ini karna aku tahu kau pasti akan terus-terusan menangis, tapi karna tubuh manusiaku sudah hancur jadi apa boleh buat, aku kembali dalam bentuk kucing sampai tubuh baruku nanti selesai dibuat.”

Lagi, otakku berputar. Ya, aku memang menunggu Kaze untuk kembali. Tapi aku tidak pernah menyangka dia akan kembali dalam bentuk kucing. Jadi semenjak awal Kuro itu adalah Kaze? Ah! Aku tersadar sesuatu. Pipiku memerah, aku malu sekali.

“Dasar kucing cabul!!” kulempar bantal kearah Kaze. “Kenapa kau tidak bilang dari awal, hah?! Kau sudah melihat tubuhku, argh! Aku tidak bisa menikah!”
“Cih, siapa yang mengajakku mandi bersama? Lagipula aku tidak tertarik pada tubuh anak SD”, Kaze melenggang pergi dengan santai.
“APA?!”, rasanya aku ingin sekali mencabuti seluruh bulu di tubuh kucing Kaze.

***

Aku masih kesal pada Kaze. dia apa-apaan sih? Kenapa dia tidak bicara dari awal kalau dia itu Kaze? aku menggenggam dasiku dengan kencang.
“Yo!”, seseorang menepuk bahuku dari belakang. Aku menoleh kearahnya.
“Kau sakit perut Miyu?”, Tanya Daichi yang mengira genggamanku yang kuat pada dasiku karna aku menahan sakit.
“Tidak kok,” jawabku.

kami berjalan beriringan kesekolah. Ini pertama kalinya bagiku berjalan disamping Daichi, aku merasa cemas. Bukan aku tak suka berjalan bersamanya, aku hanya takut akan fansnya.
“Sudah tenang saja Miyu,” Kata Daichi yang seakan bisa membaca pikiranku.
“Ah-ahahaha,” aku tertawa lemas.
“Syukurlah kau sudah tertawa lagi, kukira semalaman kau akan membuat banjir di daerah sini.”
“Maksudmu apa, hah?” aku menepuk kepala Daichi sambil terkekeh.
“Yah, siapa tau air matamu berubah menjadi lautan, kau kan Water,”
“Itu tidak mungkin! Kau berlebihan,” aku menepak kepala Daichi sekali lagi.
“Tapi mungkin lebih bagus kalau airmatamu dirubah saja menjadi Aquamarine, kalau dijual pasti laku mahal.”
Sekali lagi aku ingin menepak kepala Daichi tapi dia sudah berhasil menghindariku.


“Miyu!” Sakura berteriak dari arah gerbang kearahku. Sepertinya dia memang sengaja menunggu kedatanganku. Dia berlari kearahku seperti anak-anak yang ingin memamerkan mainan barunya kepada temannya.
“Ada apa?”  aku dan Daichi keheranan melihat Sakura yang bertingkah lain dari biasanya. Sakura memang penuh rasa humor, tapi belakangan dia jadi pemurung karna sahabat baiknya koma.
“Hana! Dia sudah sadar.” Sakura tersenyum cerah padaku.
“Benarkah?” aku merasakan luapan kegembiraan yang luar biasa. Kaze kembali dan Hana sudah sadar dari komanya.
“Baiklah, bagaimana kalau kita semua nanti menjenguknya? Aku juga akan mengajak Kaito.” Kata Daichi.
“Ah.. itu..”
“Kenapa?” Daichi mengerutkan dahinya.

“Hey kalian menghalangi jalan masuk.” Kaito muncul dan berkata dengan acuhnya, disampingnya, Eari, menggenggam lengannya layaknya anak kecil yang takut kehilangan boneka teddynya. Aku menelan ludahku.
“Oh, Kaito.” Mata Daichi berputar kearah Eari, “Dia kenalanmu?”
“Ya.. bisa dibilang seperti itu.” Kaito seperti malas ingin menjelaskan.

Akhirnya kami memasuki sekolah bersama-sama. 5 orang berjalan beriringan layaknya membentuk barisan upacara, terlihat sangat aneh, bagiku paling tidak.
“Kita berpisah disini.” Kata Daichi yang hendak ke ruang OSIS terlebih dahulu, “Sampai jumpa nanti Miyu, Kaito.”
Dan Daichi melangkah meninggalkan kami.


Awkward situation. Kaito dan temannya yang selalu menggandeng lengannya berjalan di depanku dan Sakura. Rasanya seperti aku ingin membenamkan wajahku. Aku tidak mau melihat pemandangan seperti ini, Sakura menoleh ke arahku.
“Hey.. Miyu, dia itu siapa sih? Nempel-nempel terus dengan Kaito.” Sakura berbisik kepadaku. Aku mencoba untuk tersenyum pada Sakura tapi gagal. Senyumku malah terlihat seperti seringai.

“Baiklah Kaito, makan siang nanti bersamaku ya, aku sudah membuatkan bekal untukmu.” Eari melepaskan lengan Kaito, tersenyum, lalu menuju ke kelasnya sendiri.

Aku dan Sakura bergegas masuk ke kelas kami tanpa memperhatikan Kaito yang mencoba untuk tersenyum gagal sepertiku tadi.


________________

“Dasar Miyu, aku dikunci di kamar seperti ini, levelku kan lebih tinggi dari kucing biasa.” Kaze menggumam. Dia mencakar-cakar pintu berharap kalau pintunya bisa terbuka. “Sial, aku tidak bisa pakai kekuatanku.” Kaze menyerah.

“Haaahh.. Miyu bodoh, padahal aku mau memperkenalkan Wind baru penggantiku, Semoga mereka bisa bertemu.” Kaze menguap dan kembali tidur bak kucing.
“KLUB MAGIC”

Rasanya aku selalu lupa meminta Daichi untuk mengganti nama klub. Kenapa harus magic? Kita tidak berhubungan dengan sulap sama sekali. Tidak ada kosong.. kosong.. apalah. Memang sih, Kaze perah menjelaskan tentang arti dari Magic ini, tapi aku merasa aneh saja.

 Aku membuka pintu ruang Klub. Yeah, sepi.. rasanya semenjak Kaze menghilang—jadi kucing maksudku, jarang member yang lain rajin memeriksa tempat ini.

 Astaga! Aku teringat sesuatu, aku belum beritahu member yang lain kalau Kaze jadi kucing! Apa harus kuberitahu? Atau lebih baik mereka tahu sendiri?

Aku melangkah ke kursi di dekat jendela. Rasanya semuanya terjadi begitu cepat. Ada hal yang membuatku tidak bisa bernafas tenang. Kenapa harus Hana yang diculik? Mungkin karna dia sahabatku? Tapi Hana tidak tahu-menahu dan tidak ada hubungannya dengan masalah soul. Aku bahkan juga tidak tahu kalau Hana adalah seorang souler… tunggu,. Kaze pun tidak mengetahuinya. Hana seperti dipaksakan untuk menjadi seorang Angel, karna Frau tahu aku seorang Demon? Argh! Rasanya aku tidak bisa berpikir apa alasannya.

“Kau sedang memikirkan apa?”

Aku terkejut, lagi. Kenapa aku tidak pernah bisa merasakan keberadaannya?

“Ohh.. tidak… ” Aku menundukkan kepalaku. Entah kenapa aku tidak berani menatap Kaito.

“Aku tidak bisa menemukannya.. ini aneh.. di dunia sana pun tidak terdeteksi.”
“Maksudmu?”
“Kaze”
“Ah, itu...”

Daichi membuka pintu klub memotong pembicaraanku.
“Ah, kalian disini rupanya.”
“Ada apa?”, Aku berusaha mencari alasan untuk berjauhan dengan Kaito.
“Semalam, rasanya Kaze datang di mimpiku..”
“Hah?”
“Dia bilang, carilah ‘Wind’ penggantiku.”
“Maksudmu?” aku mengerutkan dahiku.
“Entahlah, dia hanya berkata seperti itu di dalam mimpiku dan menghilang.”
Wind baru? Kenapa?”

Apa dia kehilangan kekuatannya? Dan menyuruh kami mencari penggantinya? Apa itu artinya dia tidak bisa lagi menjadi manusia?

“Begitukah? Kalau Kaze sudah bicara seperti itu, kita harus menurutinya.” Kaito berpikir.
“Tapi kenapa Wind? Kaze kan Wind. kenapa kita butuh Wind  lagi?”
“Bodoh.” Daichi menepuk kepalaku, “Kau tidak ingat apa yang terjadi terakhir kali?”

Aku mencoba mengingat pertarungan Kaze dan Seraph terakhir kali.  Ledakan hitam itu…

“Ya, Kaze telah menjadi Dark,” Daichi menjawabnya sebelum aku membuka mulutku.
Eternal Darkness..” Kaito menambahkan.
“Jadi… dia adalah Dark… apa element seseorang bisa berubah?”
“Bukan.. aslinya dia memang Dark.”
“Aku… tidak mengerti.”
“Kita tunggu saja sampai Kaze kembali, biar dia sendiri yang akan menjelaskannya.” Daichi menepuk kepalaku lagi.
“Ah.. Kaze sebenarnya—“

Bel berbunyi. Waktu istirahat siang habis. Daichi dan Kaito beranjak pergi. Aku tidak punya kesempatan untuk berbicara? Menyebalkan.


_________________

“Hana…” Air mata Sakura berjatuhan. Sepertinya dia sangat merindukan sahabat baiknya.”
“Kau sudah merasa baikan?”, Aku menatap Hana yang tampak lebih kurus sekarang. Sakura duduk di sebelahku.
“Kau… apa kau sudah kembai normal?”, Aku melihatnya cemas
“Miyu.. maafkan aku.. tapi sungguh, aku tidak tahu kenapa aku bisa jadi begini.”, Hana mengusap kepalanya.
“Maksudmu, kau tidak ingat?”
“Bukan.. ada sesuatu.. yang membuatku tidak bisa tenang, aku ingat semuanya, tapi.. aku sungguh tidak ingin melakukan hal itu.” Hana menundukkan kepalanya.
Aku bingung.

“Kalian membicarakan apa?” Sakura menatapku bingung.
“Ah, tidak”, aku menyeringai. “Ini kami bawakan buah-buahan untukmu. Dimakan, ya!”

Sakura mengernyitkan dahinya, Aku merasa sesuatu berjalan tidak normal. Hana memakan jeruknya sambil seperti memikirkan sesuatu.


_________________


“Heh, bangun” Aku menendang tubuh kucing Kaze yang sedang tertidur di lantai.
“Miyu! Kau! Liat saja kalau aku kembali jadi manusia. Matilah kau!” Kaze berguling malas.
“Sudahlah, itu tidak penting. Ada yang ingin kutanyakan padamu.”
“Apa?”
“Aku merasa ada yang aneh dengan Hana.”
“Dengan tiba-tiba dia menjadi Angel karna tau kau Demon padahal kau tidak menyangka bahkan dia mengetahui semua tentang ini?”

Aku melongo menatap Kaze.

“Aku tau ada hal aneh. Ada seseorang di balik semua ini. Tapi buktiku belum cukup. Tinggal kita menunggu waktu saja dan semuanya akan jadi jelas.”
Otakku berpikir dengan kecepatan yang diatas normal. Semua ini sangat membingungkan.

By the way, apa Daichi memberitahukan mu sesuatu?”, Kaze menguap.
“Daichi?” aku mencoba mengingat apa yang dia katakana di sekolah tadi, “Ah! Wind baru? Penggantimu, eh?”
“Aku tidak akan menjelaskan siapa dia. Tugas kalian lah untuk mencarinya. Anggap saja latihan untuk kalian merasakan setiap Element yang tertanam dalam dari seseorang”.
“Dasar pelit.” Cibirku, “Ayolah, Give me some clue!”
“Never.” Kaze kembali tidur.

Cih. Kutendang sekali lagi ekornya. Tapi dia tidak terusik.

____________


  
Hana meraba lehernya. Sesuatu mengganjal di bagian tengkuknya. Dia merasa ada sesuatu yang tertinggal disana. Dia merasakannya. Ada lengkungan sayap kecil di lehernya. Dia telah dicap. Hana bergidik. Mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi namun ingatannya sebelum berperang seperti telah dihapus. Dia hanya bisa mengingat ada orang yang telah menariknya ke dalam masalah ini. Dan dia yakin dia mengenalnya..

Aku harus menemukannya. Sesuatu itu..

Hana bangkit dari tempat tidurnya. Melempar selimut rumah sakit keatas kasurnya dan mencabut jarum infus di tangan kirinya. Dia keluar.

________

“Aku sudah tau kau yang akan menjadi penggantinya.” Kaito berbicara kepada seorang lelaki berperawakan tinggi. Kulitnya sedikit menghitam karna matahari. Tubuhnya yang tinggi menunjukkan setidaknya dia adalah pemain basket.

“Haha, jadi aku akan bergabung dengan kalian, eh?”
“Ya.. selamat bergabung.. Sai.”
“Yeah yeah.”

Dan mereka berdua bertransformasi, kemudian menghilang di kegelapan malam.